Beberapa hari belakangan ini, saya menyadari adanya sebuah paradoks yang bikin saya engga mengerti sama manusia, termasuk diri sendiri.
Kita seringkali -atau malahan, senantiasa bekerja keras untuk beristirahat. Kalau mau dibilang, tujuan kita kerja keras banting tulang capek-capek itu buat apa, sih. Cuma buat mendapatkan yang namanya istirahat, kan? Buat mendapatkan satu hal berharga dalam hidup ini, yaitu menikmati hidup itu sendiri.
Dan kalau kita kilas balik lagi, engga heran kalau kita jengkel sama hidup. Engga heran kalau kita selalu mengeluh bahwa hidup itu susah, bahwa hidup itu engga adil. Karena waktu kita bekerja keras buat istirahat, itu engga akan ada habisnya. Kita akan menemukan diri kita restless setiap saat, dan selalu merasa bahwa kita engga cukup kerja keras buat bisa cukup menikmati hidup. Dan kemudian kita akan memaksa diri kita untuk bekerja lebih keras lagi. Pertanyaannya adalah, mau sampai kapan?
Kenapa, sih, kita engga mengalir aja sama kehidupan. Engga usah ngotot-ngotot sama kemauan diri sendiri, and always try to meet the expectation we impose on ourselves. Dan rasanya, dengan kayak gitu kita akan lebih bisa menikmati hidup, dan engga jadi seperti orang yang sudah mati padahal jelas-jelas kita masih hidup di dunia ini. Remember, life is to be enjoyed, not just endured.
Akhirnya, saya mau tutup dengan kutipan di bawah ini; tentang kehidupan dan bagaimana seringkali kita terjebak dalam apa yang kita capai di kehidupan itu sendiri:
The paradox of our time in history is that we have taller buildings but shorter tempers; wider freeways, but narrower viewpoints. We spend more, but have less; we buy more, but enjoy less. We have bigger houses and smaller families; more conveniences, but less time. We have more degrees but less sense; more knowledge, but less judgment; more experts, yet more
problems; more medicine, but less wellness.
We've learned how to make a living, but not a life. We've added years to life not life to years. We've been all the way to the moon and back, but have trouble crossing the street to meet a new neighbor. We conquered outer space but not inner space. We've done larger things, but not better things. We've cleaned up the air, but polluted the soul. We write more, but learn less. We've learned to rush, but not to wait.
- Bob Moorehead
Kerja keras adalah energi kita, energi kita adalah kerja keras, meski kadang kerja keras membuat kita kehabisan energi, namun tak bisa di pungkiri dari kerja keras kita bisa bisa makan dan menambah energi kita untuk bekerja keras. Lah.... jadi spam.. bolak-balik tak ada habisnya... hehehehe...
ReplyDelete