Dia duduk, beranjak, berjalan, hampir berlari. Hampir menangis, tapi hatinya berkata, buat apa? Hampir marah, sebelum ia akhirnya sadar, memang begitu, kan keadaannya?
Dia lelah. Dia lelah harus terpaksa menyerah terus sama keadaan. Dia lelah dengan ketidakberdayaan memilih. Dia lelah dengan dikte yang -mungkin enggak secara langsung diberikan kepadanya, tapi secara pasti. Dia lelah dengan yang namanya komentar. Dia lelah dengan menunggu. Dia lelah dengan yang namanya persistensi. Dan dia hampir lelah dengan yang namanya mimpi dan segala cara mewujudkannya. Dan stop, jangan ada yang seenaknya menyalahkan dia. Setidaknya untuk sekarang ini.
No comments:
Post a Comment